PROFILE

Seniman yang satu ini adalah sosok yang tidak pernah kehabisan akal dalam mengaplikasiakan ide-idenya menjadi sebuah karya seni. Pria kelahiran Jakarta 11 Agustus 1968 ini mendirikan Sanggar Organ Prosthetic dengan latar belakang kronologis yang cukup unik dan menarik.

Berawal dari sebuah kecelakaan hebat yang mengharuskan dia dirawat secara intensif karena bagian organ pencernaannya disambung dengan selang. Saat dirawat dan dalam pengawasan dokter itulah, pria bernama lengkap Ali Saga ini bertemu dengan seorang Ibu tua bernama Cumi, yang ternyata sebelah kakinya baru saja diamputasi (karena diabet) atas saran dari anak-anaknya, dengan dijanjikan akan dibelikan kaki palsu. Ironisnya, ketika kaki Ibu Cumi sudah diamputasi, tak satupun anak-anaknya yang peduli terhadap Ibunya. Kaki palsu yang sudah dijanjikan anak-anaknya pun tak kunjung ada karena alasan harganya yang sangat mahal dan tak terjangkau oleh mereka. 

Berbekal jiwa seni yang multi talenta dan didorong oleh rasa kemanusiaan tinggi, akhirnya Ali Saga berjanji kepada Ibu Cumi “Jika Saya sudah sehat, Saya akan buatkan kaki palsu untuk Ibu, gratis..........” tuturnya. Histori inilah yang merupakan tonggak sejarah dan cikal bakal berdirinya Sanggar Organ Prosthetic.

Diilhami dari ibu Cumi itu Ali Saga membuat kaki palsu perdana-nya, dan lagi-lagi karena jiwa kemanusiaannya merasa terpanggil, akhirnya Ali Saga mulai membuat tangan dan kaki palsu untuk penyandang cacat fisik yang ada di Leprosari Sitanala tempat tinggalnya. Dengan subsidi silang yang ia terapkan, kini Ali Saga berhasil mewujudkan cita-citanya untuk dapat membantu para penyandang cacat fisik yang membutuhkan tangan dan kaki palsu, bahkan dari mulut ke mulut produknya pun dikenal sampai ke beberapa daerah di luar pulau jawa.

Tangan dan kaki palsu produk Ali Saga dan rekan-rekannya ini telah dipakai oleh hampir 100% penyandang cacat fisik eks kusta yang ada di lingkungan RSK Sitanala, serta penyandang cacat fisik lainnya yang ada diberbagai pelosok nusantara (dokumentasi terlampir) yang kesemuanya rata-rata berasal dari kalangan yang tidak mampu.

Atas dasar itulah Ali Saga dan tim-nya bermaksud mendedikasikan kreativitasnya untuk dapat membantu para penyandang cacat fisik yang ada di Indonesia, khususnya bagi para penyandang cacat fisik yang berasal dari kalangan yang tidak mampu.